Rabu, 21 Januari 2015

Selamat Hari Gizi Nasional 2015



Salah satu ciri bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, intelektual dan produktivitas yang tinggi. Ketiga hal tersebut sangat dipengaruhi oleh status gizi[1]. Sejak awal kemerdekaan Indonesia, Bapak Gizi Indonesia, Prof. Poerwo Soedarmo sudah mengungkapkan pentingnya gizi dalam kehidupan bangsa. Sejak saat itu, beliau juga telah menggagas Hari Gizi Nasional sebagai awal gerakan pendidikan gizi kepada masyarakat. Untuk melanjutkan gerakan pendidikan gizi kepada masyarakat Indonesia, disepakatilah bahwa setiap tanggal 25 Januari diperingati sebagai Hari Gizi Nasional[2].
Hingga saat ini, masalah gizi masih dihadapi oleh bangsa Indonesia. Bukan hanya masalah kekurangan gizi, tetapi juga kelebihan gizi[3]. Masalah gizi berpengaruh kepada status kesehatan dan kualitas sumber daya manusia. Masalah gizi disebabkan karena pola makan yang tidak seimbang. Kekurangan gizi tidak hanya berdampak pada pertumbuhan fisik (stunting/pendek) dan penurunan daya tahan tubuh terhadap penyakit, tetapi juga pada perkembangan mental dan kecerdasan. Kekurangan gizi menurunkan sumber daya manusia, menurunkan kemampuan mencapai pendidikan tinggi, rendahnya daya saing, rentannya terhadap penyakit, yang pada akhirnya menurunkan pendapatan dan kesejahteraan keluarga[4],[5],[6]. Sedangkan kelebihan gizi juga menyebabkan seseorang beresiko mengalami berbagai penyakit degeneratif, seperti hipertensi, stroke, penyakit jantung koroner, diabetes mellitus dan kanker. Dalam jangka panjang, baik kekurangan gizi maupun kelebihan gizi dapat menurunkan usia harapan hidup dan menurunkan kualitas bangsa6.
Pendidikan gizi atau lebih dikenal sebagai kegiata KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap dan perilaku gizi masyarakat adalah salah satu upaya penanggulangan beban ganda masalah gizi yang paling efektif dan mempunyai daya ungkit tinggi untuk memperbaiki perilaku konsumsi makanan yang lebih sehat. WHO mengemukakan bahwa 80% penyakit jantung prematur, stroke dan diabetes serta 40% kanker dapat dicegah dengan menerapkan pola konsumsi makanan yang sehat yang mengacu pada pesan gizi seimbang. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu digalakkan kampanye yang terfokus pada promosi makanan beragam, sesuai dengan kebutuhan tubuh dan aktivitas fisik yang teratur-terukur, serta makanan yang aman1. (DPC PERSAGI Kota Malang/WR)




[1] Ditjen Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI, 2013. Naskah Akademik Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta: Ditjen Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI
[2] Ditjen Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI, 2011. Gizi Seimbang Investasi Bangsa. www.gizikia.depkes.go.id. Diakses 17 Januari 2015
[3] Kemenkes RI, 2013. Gizi Siembang, Bangsa Sehat Berprestasi. www.depkes.go.id
[4] Saptawati Bardosono, 2009. Masalah Gizi di Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia, Vol. 59 No 1, Januari 2009, hal 491-494.
[5]BAPPENAS RI, 2012. Kerangka Kebijakan Gerakan Sadar Gizi dalam Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK). http://kgm.bappenas.go.id
[6] Dedeh Kurniasih, Hilman Hilmansyah, Marfuah Panji Asuti, Saeful Imam, 2010. Sehat dan Bugar dengan Gizi Seimbang. Jakarta: Kompas Gramedia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar